Home / Internasional / Konflik Memanas, Konflik Israel-Iran: Ratusan Tewas, Dunia Desak Gencatan Senjata

Konflik Memanas, Konflik Israel-Iran: Ratusan Tewas, Dunia Desak Gencatan Senjata

KATAKARTA.IDKetegangan antara Israel dan Iran memasuki babak baru setelah Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah fasilitas strategis di Iran pada Kamis (13/6/2025). Operasi militer yang diberi nama “Operation Rising Lion” itu menghantam pangkalan militer, infrastruktur pertahanan, hingga fasilitas nuklir Iran di Natanz dan Isfahan, serta menewaskan sejumlah tokoh penting Iran, termasuk Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Hossein Salami dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mohammad Bagheri.

Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka, sebagian besar merupakan warga sipil yang berada di sekitar lokasi strategis. Serangan Israel juga menghancurkan gedung penyiaran nasional Iran saat tengah melakukan siaran langsung, memicu kepanikan luas di Tehran.

Menanggapi agresi tersebut, Iran melakukan serangan balasan dengan meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan sekitar 100 drone ke wilayah Israel. Sumber militer Israel menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil menghalau sebagian besar serangan, namun tetap tercatat 24 korban jiwa dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Di tengah eskalasi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memotong kunjungannya dalam KTT G7 di Kanada dan langsung mengeluarkan pernyataan tegas bahwa “Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.” Ia juga meminta warga sipil di Tehran untuk segera mengungsi, menandakan kekhawatiran terhadap potensi serangan lanjutan.

Sementara itu, G7 mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan de-eskalasi konflik dan mendesak Iran agar kembali tunduk pada kesepakatan non-proliferasi nuklir. Negara-negara seperti Turki, Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan PBB juga ikut menyerukan gencatan senjata segera demi menghindari perang kawasan yang lebih luas.

Namun, Iran menolak opsi dialog selama serangan Israel belum dihentikan sepenuhnya.

“Kami tidak akan duduk di meja perundingan di bawah hujan bom,” demikian pernyataan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.

Serangan dan serangan balasan ini juga mulai mengganggu stabilitas ekonomi global. Harga minyak mentah melonjak tajam, dan lalu lintas pelayaran di Selat Hormuz mulai terganggu akibat meningkatnya risiko keamanan. Beberapa maskapai internasional juga telah menghentikan penerbangan ke wilayah Timur Tengah untuk sementara waktu.

Dua kelompok kapal induk Amerika telah digeser ke kawasan Teluk sebagai bentuk penguatan militer. Meski begitu, belum ada indikasi keterlibatan langsung AS dalam aksi ofensif.

Pengamat militer memperingatkan bahwa konflik ini bisa berkembang menjadi perang regional terbuka, mengingat keterlibatan berbagai kekuatan di Timur Tengah, termasuk milisi pro-Iran di Lebanon, Suriah, dan Irak.

Dengan korban yang terus bertambah dan ketegangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, komunitas internasional kini menanti langkah selanjutnya dari kedua negara. Banyak pihak menilai bahwa keberlanjutan konflik ini tak hanya membahayakan stabilitas kawasan, tetapi juga dapat menyeret kekuatan besar dunia ke dalam konflik terbuka.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *