KATAKARTA.ID, JAKARTA – Awal tahun 2025 ditandai dengan kenaikan harga sejumlah bahan pangan di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi year-on-year (y-on-y) Januari 2025 mencapai 0,76 persen. Kategori makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi tertinggi sebesar 3,69 persen.
Di pasar tradisional seperti Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Tanah Abang, pedagang mengeluhkan lonjakan harga beberapa komoditas utama. Harga cabai merah keriting, misalnya, naik dari Rp30.000 menjadi Rp45.000 per kilogram. Sementara harga beras premium yang sebelumnya Rp12.000 kini menembus Rp14.500 per kilogram.
“Sudah dari akhir Desember harga-harga mulai naik. Pembeli juga jadi berkurang,” kata Darmi, seorang pedagang sayur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Fenomena serupa juga terjadi di kota-kota besar lain seperti Surabaya, Medan, dan Makassar. Banyak pedagang menyebut bahwa distribusi terganggu akibat cuaca ekstrem dan lonjakan permintaan akhir tahun.
Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan menggelar konferensi pers di Jakarta pada Selasa, 7 Januari 2025 dan menyampaikan bahwa pemerintah akan mengambil langkah penanganan cepat melalui operasi pasar dan koordinasi dengan Bulog.
“Kami memastikan pasokan tetap stabil. Operasi pasar akan digencarkan di wilayah dengan lonjakan harga tertinggi,” ujarnya.
Di sisi lain, Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah untuk tidak hanya melakukan penanggulangan jangka pendek. “Harus ada kebijakan struktural soal rantai pasok dan distribusi, agar gejolak harga tidak terus berulang setiap awal tahun,” kata Ketua YLKI dalam pernyataan tertulis pada Rabu (8/1/2025).
Sementara itu, masyarakat berharap pemerintah bisa memastikan harga bahan pokok tetap terjangkau, terutama menjelang Ramadan yang akan jatuh pada Maret mendatang.
